Satu Hari Untuk Kita


   Hari ini kita menapaki hari yang baru, hari yang istimewa katamu 

kemarin kita berjuang, mencari keberuntungan

yang harus kita jaga sampai titik penghabisan

Teringat pesan bapak dan ibu sebelum matahari terbit kemarin  pagi

Bukan tentang kebebasan atau membiarkan,

tapi tentang kepercayaan. Karena mahal, bapak dan ibu tak sembarangan memberikan

Cita-cita , harapan, dan masa depan 

Tangan kita yang menggenggam itu semua

Sedang tangan bapak dan ibu akan selalu terangkat memanjatkan doa  pada
Sang Maha penentu rencana

Jangan persoalkan kemana rindu bapak dan ibu akan berlabuh. dirimu adalah sebaik-

baiknya tempat untuk mereka berlabuh.

Satu pertanyaan , masih maukah kau jadi pelabuhan bagi bapak dan ibu nanti? 

Jika mereka menjadi tua-renta dan tak bisa apa-apa, akankah kau berpura-pura lupa??


Pada wajah yang mulai mengerut,

Pada tangan yang mulai lemah menggenggam,

Pada kaki yang tak kuasa lagi berjalan

Pada peluk yang selalu rindu kau pulang

Karena ditempat kau berangkat, ada pintu yang menunggu kau datang

Kepada bapak, suatu siang kau bertanya tentang wujud kebahagiaan

Memberimu makan kenyang, memberimu uang jajan, dan membelikanmu mainan

Kau bertanya lagi, sedang bapak tak punya uang?

Bukan halangan, tawa yang lepas dan matamu yang berbinar adalah maknanya kebahagiaan.


Di siang yang sama kepada ibu kau bertanya tentang wujud kebahagiaan

Melahirkanmu ke dunia, melihatmu tumbuh besar, menerapkan hidup penuh kasih 

dan sayang. Kau bertanya lagi, sedang aku tak mungkin terus bersama ibu?

Bukan halangan, doa yang akan terus jadi jembatan dan itu maknanya kebahagian


Kita bersama-sama duduk menikmati secangkir teh hangat di teras

Sambil memperhatikan surya yang pelan-pelan menuju ke peraduan

Kita ingat, Tuhan menitipkan bumi ini kepada kita, manusia.

Menjaga dan memelihara adalah kewajiban,

Bumi terlalu tua untuk selalu kita habisi segala sumber dayanya

Kita tak perlu jadi serakah untuk sekedar mencicipi hasil bumi

Menjadi peduli dan saling tolerasi akan memberi bekal untuk anak cucu kita nanti

Kemudian kita membuka obrolan tentang masa depan

Kau bilang Hidup bukan semata mencari apa, tapi juga tentang bagaimana

Bagaimana kita mencari

Bagaimana kita berusaha

Bagaimana kita berjuang

Tujuan memang untuk kita dapatkan, tapi bukan dengan obsesi yang terus kita paksakan

Terkadang kita juga perlu tahu, bagaimana  caranya belajar mengikhlaskan

Dan hari mulai gelap, kita harus meyakinkan diri

Bahwa kita harus percaya, besok pagi dan seterusnya kita mampu melewati semuanya bersama-sama



Jogjakarta, 21 Agustus 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kepada Bintang yang Terlambat Jatuh (2)

Kepada Bintang yang Terlambat Jatuh